Iklan


 

NITIZEN REPORT : MENJADI GURU FAVORIT

Jumat, 01 Desember 2017 | 22:25 WIB Last Updated 2017-12-01T14:47:18Z

POLEWALITERKINI.NET – Mengamati guru dalam berbagi pengetahuan terhadap peserta didik, memiliki tersendiri dalam metode pengajaran.  Masing-masing guru memiliki metode dalam melangsungkan pengajaran terhadap peserta didik karena setiap guru mempunyai kecerdasan tersendiri dalam mengaktualkan potensi terhadap anak didik. Menjadi bahan penilaian ketika guru dalam berbagi ilmu tidak dapat mensingkronkan keinginan peserta didik, akhirnya dampaknya  anak didik tidak mampu mengdonkrak potensi keinginan peserta didik. 

Tugas dan tanggung jawab seorang guru seharusnya memberikan pemahaman peserta didik mengenai kecerdasan intelektual sebagai landasan berpikir untuk membuka cakrawala terhadap perkembangan zaman. Sebagian anak didik merasa minder ikut dalam sebuah forum intelektual tidak memiliki pengetahuan apapun, akhirnya memiliki pola pikir untuk tidak melanjutkan sebuah study, sehingga dalam menjalani sebuah kehidupan tidak terlalu akurat karena jauh dari dunia pendidikan.  Setelah memiliki keinginan untuk mengajari sebuah kecerdasan terhadap peserta didik seharusnya guru mengajarkan kecerdasan emosional sebagai ilmu untuk membangun hubungan sosial secara harmonis, tujuannya dapat mempererat tali silaturahmi antara individu dan sosial.

Mengamati gerakan peserta didik tidak memiliki hubungan emosional biasanya lebih senang menjalani kehidupan bersifat individu dibanding dengan sosial.  Karena yang terbangun di alam bawah sadar tentang kehidupan bermula dari individu sebagai sikap yang melekat dalam jiwa, akhirnya teraliansi dari kecerdasan emosional.  Setelah mengajari sebuah kecerdasan emosional terhadap peserta didik yang menjadi pekerjaan rumah selanjutnya guru membangun kecerdasan spritual sebagai bahan ajar dalam menumbuhkan sikap moral dan akhlaq terhadap peserta didik.  Pendidikan spritual sebagai puncak bahan ajar karena berdampak merubah karakter lebih menanamkan sikap sopan santun terhadap guru. Semakin tinggi nilai spritual anak didik dalam menjalani pendidikan otomatis lebih bersikap tawadhu dalam mengikuti pengajaran dalam pendidikan.

Guru dijuluki sebagai motivator untuk mendidik dalam meningkatkan aktivitas proses pembelajaran.  Memberikan harapan peserta didik bebas berekspresi dalam menumbuhkan karya dan kebebasan berpikir untuk kemajuan pendidikan. Menjelaskan terhadap anak didik tujuan belajar sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan proses pembelajaran dapat menentukan tujuan belajar ketika mendalami ilmu seperti demikian,  akhirnya semangat belajar semakin terbangun karena memiliki tujuan belajar. Hadiah dan pujian tips dalam meningkatkan kuantitas belajar peserta didik contoh,  ketika peserta didik malas dalam belajar seharusnya memuji atau memberikan  hadiah untuk dapat menyemangati dalam mengkaji pengetahuan.  Jika semangat yang membludak didalam jiwa peserta didik otomatis dalam bertindak akan memiliki aura untuk dapat menuntaskan pekerjaan pendidikan secara total.

Menurut Akhmad Muhaimin Azzet dalam buku "menajdi guru favorit" memberikan motivasi dan kecintaan seseorang untuk menjadi guru adalah dasar bagi seorang guru akan sukses dan dicintai oleh murid-muridnya atau tidak. Motivasi dan kecintaan ini harus terpancang sejak awal seseorang menekuni profesi sebagai guru atau bisa pula baru terbangunkan setelah seseorang menjalani profesi ini sekian waktu. Motivasi dan kecintaan ini harus senantiasa dijaga agar seseorang tetap bersemangat menghadapi anak didiknya dalam proses belajar mengajar.

Jadi, motivasi dan kecintaan semacam ruh bagi seorang guru agar selalu dekat dengan anak didiknya, sehingga apa yang disampaikannya dalam proses belajar mengajar mudah diterima. Inilah kunci penting bagi keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Seorang guru yang tidak hanya mencintai profesinya, akan tetapi juga dicintai oleh anak didiknya.

Kecintaan peserta didik terhadap guru dengan memperkenalkan dunia baru dalam pendidikan untuk tidak menutup diri terhadap pengajaran. Saat ini sudah masuk pada Zaman "Now"  dimana  guru memperkenalkan dunia teknologi untuk membangun semangat belajar dalam berpendidikan, contoh peserta didik lebih senang belajar dengan menggunakan media internet dibanding dengan buku. Pergerakan yang dilakukan peserta didik mengikuti kondisi zaman untuk mengefektifkan pendidikan dalam proses pengajaran, sehingga kecintaan terhadap guru semakin membludak karena efek dari pengajaran yang sesuai dengan kondisi zaman.

Salah satu kecintaan murid dengan gurunya memberikan cerita lucu kepada peserta didik, sehingga dalam pembelajaran bukan hanya tegang yang nampak tapi wajah berseri karena efek cerita lucu yang mengandung unsur intelektual di dalam pendidikan.  Semangat belajar bangkit kepada peserta didik jika metode humoris menjadi acuan dalan proses pembelajaran karena tidak membuat jenuh maupun ngantuk dalam menjalani proses pembelajaran. Ketika gurunya berwajah serius dalam memberikan pengajaran otomatis siswa merasa tegang dan kaku, akhirnya dalam berekspresi sangat terbatas karena pengaruh metode yang jauh dengan sikap humoris.

Dalam pendidikan semestinya yang diembang sosok guru sabar dalam mengajar, karena setiap peserta didik memiliki watak tersendiri dalam pendidikan, dalam psikologi, anak didik biasanya ada yang  berperilaku nakal ataupun pintar dalam menjalani pendidikan.  Disinilah perang guru mengutamakan sikap sabar dalam menghadapi berbagai macam karakter peserta didik maupun kecerdasan yang dimiliki anak didik. Sebagian guru ketika sikap sabar di abaikan dalam pendidikan otomatis dalam bersikap mengutamakan pendidikan kekerasan dari pada kelembutan, akhirnya dalam pendidikan tidak mencerminkan sebagai pendidik profesional.

Guru semestinya dalam menghadapi anak didik di perlukan sikap tenang karena mampu membimbing dengan kondisi nyaman dibangdin dengan tergesa-gesa.  Hasilnya dapat di amati melalui proses kinerja peserta didik dengan melalui bukti nyata antara peserta didik yang tidak tergesa dan tidak tenang dalam mengerjakan soal. Lebih sukses anak didik mengerjakan tugas yang tidak tergesa karena menikmati suatu proses dengan berlandaskan terhadap sikap sabar.

Peserta didik seharusnya memiliki rasa cinta terhadap guru sebagai tanda terimakasih atas ilmu yang di berikan kepada peserta didik.

Gerakan anak didik jika sudah mencintai gurunya mulai dari penjelasan, gaya belajar,  mimik dan gaya berbicara diikuti oleh peserta didik sebagai simbol tanda kecintaan terhadap guru.  Peserta didik memiliki rasa cinta terhadap guru jika dalam berbagi ilmu dapat diterima secara spontan melalui pola pikir peserta didik, akhirnya manfaat peserta didik tumbuh menjadi seorang intelektual.  Salah satu yang tidak bisa di lupakan oleh peserta didik dengan meberikan pengetahuan sebagai pisau analisis untuk masa depan, mampu mencerdaskan rasa cinta akan semakin tumbuh.

Pendidikan harus mencetak generasi memiliki rasa cinta terhadap guru untuk mengenang perjuangannya dalam mendidik.  Sebagian peserta didik ketika menanamkan rasa cinta didalam jiwa, otomatis prilaku akan tergambarkan sopan santun dan bijak dalam bertindak. Namun yang terjadi Diera moderen sebagian tidak mencontohkan rasa cinta sesungguhnya, seperti ketika peserta didik bertemu dengan gurunya bukan lagi ucapan salam yang di lontarkan tetapi perkataan yang tidak memiliki norma.  Saatnya membangun generasi yang cerdas untuk dapat mencintai seorang guru sebagai tanda terima kasih atas ilmu yang di salurkan terhadap peserta didik.

Penulis : Alul
Alamat : Dusun Sederhana, Kelurahan Matakali, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polman
Organisasi : Taman Baca Boyang Manarang.
No Hp. : 085242822903
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • NITIZEN REPORT : MENJADI GURU FAVORIT

Trending Now

Iklan

iklan