Praktek Terapi di Wonomulyo Ditutup Pemerintah |
Hasanuddin dan H Abd Majid |
Dokumen Yang Diperlihatkan Pengelola |
Dokumen Izin Pengelola Praktek Terapi Wonomulyo |
Warga Antri Menunggu Pelayanan Terapi Happy Dream |
Ratusan warga, pasien yang selama ini ikut antrian untuk diterapi melakukan aksi protes, Kamis pagi, 2 November 2017. Bahkan mereka berencana akan demo ke DPRD seperti disampaikan oleh Hasanuddin dan H Abd Majid serta sejumlah pasien lainnya kepada media.
Pengelola usaha terapi prodak kesehatan dari Korea, Nurlina saat ditemui mengatakan, mempertanyakan kenapa praktek terapi miliknya ditutup pemerintah, padahal praktek ini memiliki hampir di seluruh Indonesia.
“Saya heran pak kenapa pemerintah setempat menutup terapi yang kita lakukan ini, cabangnya hampir di seluruh Indonesia ada dan prodak kami digunakan di sejumlah rumah sakit besar dan kita layani terapi gratis dan juga kita fasilitasi pasien dengan senam, memang alat terapi kita mahal tetapi itu kami tidak paksakan beli.” Kata Pengelola Usaha, Nurlina.
Lebih lanjut dia katakan, jadi heran atas penutupan ini sebab pengelola memegang izin, semua lengkap mulai Desa, Camat sampai Dinkes.
“Jadi kita heran, kita lihatmi pak reaksi pasien mereka semua mendesak mau di terapi, karena kita ditutup terpaksa kita tak melakukan pelayanan.” Kata Nurlina.
Sementara itu salah satu tokoh masyarakat Wonomulyo, H Abd. Majid mengatakan, selama 10 Hari diterapi di praktek itu merasakan ada perubahan khususnya kesehatan tubuh kembali normal seusai operasi di Makassar. “Hasilnya disini lambung sudah baik.” Ungkapnya.
Terkait penutupan itu, Kepala Kepolisian Sektor Wonomulyo, Kompol H Jufri Hamid saat ditemui di rumah dinasnya mengatakan, penutupan praktek itu dilakukan oleh Dinkes dengan pertimbangan izin operasional, dimana ada praktek lain dengan menggunakan batu yang tak direkomendasikan.
“Memang ada penutupan sementara dari Dinkes terkait izin operasional, karena ada praktek lain selain terapi yang menggunakan sejenis batu, itu tidak ada rekomendasi dari kesehatan dan kedua di arena terapi tidak ada tim para medis, mereka hanya menggunakan tenaga lokal yang tidak sesuai keilmuan sehingga Camat dan UPTD menutup senentara sambil menyelesaikan masalah tersebut.” Kata Kapolsek Wonomulyo, Kompol H Jufri Hamid.
Dia tambahkan, selain alasan tersebut diatas kekuatiran petugas Dinas Kesehatan karena pengelola terapi berasal dari luar, suatu saat mereka kembali lalu ada dampak yang timbul yang berujung menyalahkan pemerintah.
Laporan : Burhanuddin Haruna