Pasangan Lansia Ini Perlihatkan KTP Kepada Wartawan |
Kondisi Rumah Pasangan Lansia di Rea Timur Binuang |
Tetapi tidak demikian yang
dialami sepasang kakek-nenek, Daeng Siga dan istrinya Daeng Lebang. Pasangan
berusia 80 dan 81 tahun ini malah harus merasakan hidup mengandalkan belas
kasih orang lain.
Bagaimana tidak sumber
penghasilan mereka tidak ada sama sekali, sejak Daeng Siga sudah tidak mampu
lagi bekerja mencari nafkah lantaran sakit termakan usia, sementara istrinya
mengalami kebutaan karena didera penyakit kronis. hal ini membuat Daeng Siga
harus menggendong istrinya saat mandi maupun BAB.
Pasangan lansia ini menetap di
rumah panggung berukuran 2 kali 3 meter tanpa MCK di lokasi milik orang lain,
di Desa Rea Timur, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Atau sebelum pos polisi rea timur (Sebelum pintu gerbang kota Polman di rea, sebelah kiri dari arah bawah ke atas, dekat pintu gerbang warga sekitar mengenalnya, karena rumah kakek nenek ini masuk ke kebun kebun).
Atau sebelum pos polisi rea timur (Sebelum pintu gerbang kota Polman di rea, sebelah kiri dari arah bawah ke atas, dekat pintu gerbang warga sekitar mengenalnya, karena rumah kakek nenek ini masuk ke kebun kebun).
Di masa mudanya Daeng Siga
mengaku pernah berdagang di Makassar Sulsel, tetapi mengalami kebangkrutan
sehingga menjual rumahnya kemudian hijrah ke Polman bekerja di tambak ikan
milik Daeng Patompo mantan Wali Kota Makassar, dua sejoli ini menikah 60 tahun
silam namun tidak dikaruniai anak.
"Kalau ada orang datang bawa nasi bungkus ke rumah saya bagi 2
sama istri, atau kita makan sepiring berdua, tapi jika tidak ada iya kita puasa
saja." Ujar Daeng Siga.
Tak hanya itu, dinding rumah kayu
milik Daeng Siga sudah lapuk termakan rayap, saat tidur pun hanya beralaskan
tikar plastik, isi perabotan rumahnya tak ada sama sekali begitupun peralatan
dapurnya yang tersisa hanya ada cerek lusuh, piring dan gelas masing masing
satu pasang tanpa kompor.
"Tapi syukur Alhamdulilah, tetangga sebelah menyumbangkan listrik,
rumah kami dipasangi kabel sehingga ada penerangan meski hanya satu lampu."
Kata Daeng Siga.
Kakek yang memiliki Kartu Tanda Penduduk
(KTP) Polman seumur hidup ini mengatakan, hingga saat ini masih menerima beras
miskin (Raskin) pertiga bulan sekali dari kantor desa sebanyak 12 Kg dengan
harga Rp. 2000 per kilo gram, namun untuk membeli raskin tersebut masih
mengandalkan uluran tangan orang lain yang kadang memberinya uang.
"Kalau ada yang kasih lagi uang nak, dibeli itu Raskin, keluarga
saya satu satunya ada di Maros, anak dari saudara, tapi jarang datang."
Ujarnya.
Muhammad Arfah salah satu warga
Binuang yang sering memberi kakek Daeng Siga makanan menjelaskan, contoh sedih
dari getirnya hidup adalah pasangan kakek nenek lansia ini yang memperlihatkan
bahwa mereka pantang mengemis walaupun sudah tak berdaya.
"Pasangan Daeng Siga dan Daeng Lebang sangat perlu dibantu, meski
mereka sudah tak berkutik mereka malu mengemis di jalan." Serunya.
Camat Binuang, Budiati Bestari saat
dihubungi via telepon selulernya menjelaskan, akan berkoordinasi dengan Kepala
Desa Rea Timur supaya bisa mencari solusi meringankan beban lansia terlantar
ini.
"Saya baru tahu itu dek, nanti saya sampaikan Pak Desa
setempat." Jelasnya.
Laporan : Z
Ramadhana.