Iklan


 

Merawat Waras di Tengah Badai: Sehat Jiwa dalam Segala Situasi

Jumat, 10 Oktober 2025 | 17:40 WIB Last Updated 2025-10-10T09:40:53Z
Fredy Akbar K.,S.Kep.,Ns., M.Kep – Dosen Keperawatan Jiwa, STIKES Marendeng Majene. (Foto : Dok. Istriku).


PolewaliTerkini.Net - POLMAN - Setiap tanggal, 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (World Mental Health Day). Tahun ini.


Tema “Sehat Jiwa dalam Segala Situasi”. Tajuk ini mengajak kita melihat pentingnya ketangguhan mental di tengah tekanan sosial dan ekonomi. 


Namun, di Indonesia termasuk di Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Polewali Mandar (Polman) upaya mewujudkan masyarakat sehat jiwa masih menghadapi banyak tantangan.


Pemerintah telah memiliki payung hukum seperti Permenkes Nomor 54 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Gangguan Jiwa dan Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas, yang menegaskan bahwa pelayanan kesehatan jiwa adalah bagian dari layanan dasar.


Tetapi realitas di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Meskipun seluruh Puskesmas di Kabupaten Polman, kini telah memiliki tenaga perawat.


Namun, pelayanan kesehatan jiwa belum berjalan optimal karena sebagian besar tenaga belum memiliki kompetensi khusus di bidang keperawatan jiwa, dan beban kerja mereka masih terfokus pada layanan umum. 


Program kunjungan rumah bagi pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) seringkali bergantung pada inisiatif individu tenaga kesehatan, bukan pada sistem pelayanan yang terstruktur.


Menurut Riskesdas 2018, sekitar 9,8 Persen penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan 6,1 Persen rumah tangga memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa berat. 


Di  Provinsi Sulawesi Barat, prevalensinya bahkan lebih tinggi dari angka nasional. Namun, dukungan anggaran untuk kesehatan jiwa masih sangat minim. Hal ini menunjukkan kesenjangan besar antara regulasi dan implementasi.


Padahal, menurut WHO, setiap 1 dolar investasi untuk menangani depresi dan kecemasan dapat menghasilkan 4 dolar dalam peningkatan produktivitas ekonomi. 


Artinya, mengabaikan kesehatan jiwa sama dengan menunda kemajuan bangsa. 


Di Kabupaten Polman, masih banyak keluarga yang harus berjuang sendirian menghadapi stigma dan keterbatasan fasilitas. 


Namun di sisi lain, berbagai inisiatif dari masyarakat, perguruan tinggi seperti skrining kesehatan mental berbasis masyarakat dan pelatihan manajemen stres bagi guru mulai tumbuh sebagai bentuk kepedulian bersama.


Nilai budaya “Sibaliparri” yang hidup dalam masyarakat Mandar mengajarkan semangat saling menopang dan peduli satu sama lain, terutama ketika menghadapi kesulitan. 


"Sibaliparri" berarti saling meneguhkan dan saling menguatkan dalam suka dan duka. Nilai ini seharusnya menjadi inspirasi moral bagi pemerintah daerah untuk tidak hanya berhenti di tataran kebijakan, tetapi benar-benar memastikan kebijakan itu hadir di lapangan dan dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan dukungan kesehatan jiwa.


Karena sejatinya, tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Dan di tengah badai kehidupan yang kian kompleks, menjaga kewarasan adalah bentuk cinta paling nyata bagi diri, keluarga, dan bangsa.


Oleh: Fredy Akbar K.,S.Kep.,Ns., M.Kep – Dosen Keperawatan Jiwa, STIKES Marendeng Majene

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Merawat Waras di Tengah Badai: Sehat Jiwa dalam Segala Situasi

Trending Now

Iklan

iklan